_(25).png)
_(25).png)
Menopause biasanya kita kenal sebagai perubahan yang terjadi pada perempuan saat masa subur berakhir. Tapi, lelaki juga bisa mengalami perubahan hormon yang mirip, yang biasa disebut andropause atau menopause lelaki. Meskipun proses dan gejalanya berbeda, kondisi ini tetap berdampak pada kesehatan fisik dan mental lelaki. Memahami hal ini penting supaya lelaki bisa lebih siap dan menjaga kesehatannya dengan baik.
Andropause adalah penurunan hormon testosteron secara perlahan pada lelaki seiring bertambahnya usia, biasanya mulai terasa setelah umur 40-an. Berbeda dengan menopause pada perempuan yang terjadi relatif cepat, penurunan hormon pada lelaki berlangsung pelan-pelan selama bertahun-tahun. Menurut jurnal dari The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2016), kondisi ini sering disebut late-onset hypogonadism, dan bisa memengaruhi berbagai fungsi tubuh serta perasaan lelaki.
Lelaki yang mengalami andropause bisa merasakan lelah yang tidak biasa, gairah seks yang turun, perubahan mood seperti gampang cemas atau sedih, susah tidur, dan otot yang melemah. Beberapa juga sulit fokus atau lupa-lupa. Seringkali gejala ini dianggap hanya stres biasa atau tanda penuaan, padahal bisa jadi tanda hormon testosteron menurun
Perbedaan paling besar ada pada cara dan kecepatan hormon berubah. Perempuan mengalami penurunan hormon estrogen yang cepat dan jelas saat menopause, jadi gejalanya sering terasa lebih berat. Sedangkan lelaki menurun hormon testosteronnya secara bertahap dan pelan-pelan, tanpa benar-benar berhenti produksi hormon. Jurnal Aging Male (2018) menekankan bahwa memahami perbedaan ini penting agar penanganannya tepat.
Penurunan hormon testosteron yang cukup signifikan bisa berpengaruh ke kesehatan lelaki. Misalnya, bisa bikin tulang jadi lebih rapuh, energi menurun, berat badan naik, dan suasana hati berubah-ubah seperti mudah cemas atau sedih. Karena itu, mengenali tanda-tandanya penting supaya bisa menjaga kesehatan dengan baik.
Untuk mengelola andropause, cara paling utama adalah menjalani pola hidup sehat seperti rutin olahraga, makan makanan bergizi, tidur cukup, dan mengelola stres. Jika gejala terasa berat, jangan ragu konsultasi dokter karena ada terapi hormon yang bisa membantu. Yang paling penting adalah menerima perubahan tubuh dan cari dukungan dari orang terdekat dan tenaga medis.