_(18).png)
_(18).png)
Tubuh kita dengan segala bentuk, lekuk, warna, dan ceritanya selalu jadi teman paling setia. Tapi sayangnya, sering kali justru kita sendiri yang jadi pengkritik paling kejam. Di tengah standar kecantikan yang sempit dan seragam, body positivity datang sebagai pengingat bahwa tubuh tidak harus "sempurna" untuk bisa dihargai. Lewat artikel ini, kita akan bahas apa sebenarnya makna mencintai tubuh sendiri, dan gimana caranya pelan-pelan berdamai dengan cermin, tanpa drama, tanpa syarat.
Body positivity adalah sebuah gerakan yang mendorong setiap orang untuk menerima dan menghargai tubuhnya apa adanya, tanpa memandang bentuk, ukuran, warna kulit, atau kondisi fisik. Ini bukan sekadar soal penampilan, tapi tentang bagaimana kita memperlakukan diri sendiri dengan rasa hormat dan kasih sayang, bukan kritik yang berlebihan.
Pentingnya gerakan ini muncul karena tekanan standar kecantikan yang sering kali sangat sempit dan tidak realistis dapat memengaruhi kesehatan mental dan rasa percaya diri. Body positivity memberikan ruang yang aman bagi semua orang untuk merasa cukup dan diterima, tanpa harus mengubah diri demi memenuhi ekspektasi orang lain.
Standar kecantikan yang ideal dan sering tampil di media bisa memberikan tekanan besar pada kesehatan mental. Menurut American Psychological Association, tekanan untuk memenuhi standar tubuh yang sempurna sering dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan makan dan depresi. Studi dari National Eating Disorders Association juga menunjukkan bahwa sekitar 30 juta orang Amerika mengalami gangguan makan yang berhubungan dengan citra tubuh negatif. Tekanan ini tidak hanya memengaruhi fisik, tapi juga dapat menimbulkan kecemasan dan menurunkan rasa percaya diri. Memahami hal ini penting agar kita bisa lebih bijak dalam menerima tubuh dan melindungi kesehatan mental.
Mulailah dengan mengubah cara bicara pada diri sendiri—ganti kritik jadi pujian atau rasa terima kasih untuk tubuh yang sudah bekerja keras. Fokus pada kemampuan tubuh, bukan hanya penampilannya. Dengan begitu, hubungan dengan tubuh bisa jadi lebih positif dan penuh penghargaan.
Dikutip dari laman Psychology Today, Menurut Dr. Loren Soeiro, seorang psikolog klinis, langkah pertama untuk mengatasi self-talk negatif adalah dengan menyadari kapan kita mulai mengkritik diri sendiri. Dengan memperhatikan pikiran kita, kita dapat mulai mengenali pola-pola kritik internal yang tidak konstruktif.
Setiap tubuh itu istimewa dengan cerita, perjuangan, dan keindahannya sendiri. Merayakan tubuh dalam segala bentuk, ukuran, warna, dan kemampuannya adalah bentuk cinta pada diri sendiri yang paling tulus. Bayangkan betapa indahnya dunia ini jika kita semua bisa menerima diri tanpa syarat, tanpa harus terjebak dalam standar yang sempit. Ketika kita mulai merayakan keberagaman itu, kita tidak hanya memberi ruang untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain merasa diterima dan dihargai. Tubuhmu layak dicintai, persis seperti apa adanya.