

Mendengar kata dildo, reaksi orang akan beragam. Tetapi sejarah dildo tidak bisa di hiraukan. Dari zaman batu sampai sekarang, alat bantu seksual ini sudah ada, membantu nemenin manusia eksplorasi badan. Mulai dari yang dibuat dari kotoran unta, beralih ke perunggu, silikon dan bertabur permata, dildo terus berevolusi.
Apa itu Dildo?
Secara sederhana, dildo adalah alat bantu seks yang berbentuk menyerupai penis dan digunakan untuk stimulasi seksual, baik secara vaginal, anal, maupun zona erotis lain.
Tapi jangan salah: tidak semua dildo harus terlihat realistis atau seperti penis sungguhan. Banyak dildo yang punya desain artistik, warna-warni, bahkan bentuk unik tergantung preferensinya.
Sejak Kapan Dildo Digunakan?
Manusia, makhluk paling kreatif di dunia udah mikirin produk untuk menyenangkan diri sendiri sejak 28.000 tahun lalu. Penemuan berbentuk phallus dari batu di Jerman yang diperkirakan berasal dari Zaman Es, menjadi bukti arkeologis tertua—dan mungkin, sex toy paling kuno yang pernah ditemukan.
Nama “dildo” sendiri baru muncul sekitar tahun 1400, berasal dari gabungan kata Latin dilatare (membuka lebar) dan Italia diletto (kesenangan)
Material Dildo di Masa Lalu
Sebelum produk seks toys body-safe muncul, dildo zaman dulu dibuat dari bahan seadanya. Terbukti dari peninggalan sejarah yang tertuang dalam lukisan di gua-gua dan transkip. Artefak tertua dari Jerman berumur 28.000 tahun dibuat dari batu siltstone. Di Mesir dan Timur Tengah, dipakai pisang muda hingga kotoran unta yang dilapisi resin. Di Yunani, ada olisbos dari kulit, kayu, atau tar. Sementara bangsawan Eropa pamer dildo dari emas, perak sampai gading.
Benarkah Semua Bermula Dari Cleopatra?
Selain dikenal dengan parasnya yang rupawan dengan bibir yang merah menyala, kabarnya Cleopatra lah orang pertama yang menciptakan dildo bergetar dengan cara melubangi pare dan labu parang panjang yang kemudian diisi dengan lebah-lebah yang masih hidup sehingga tercipta efek buzzing. Mengenal reputasi Cleopatra, rasanya tidak diragukan apabila berita itu benar.
Dildo (getar) Menjadi Lifestyle
Gwyneth Paltrow, memulai Goop sebagai buletin mingguan yang merekomendasikan berbagai topik gaya hidup, termasuk makanan, mode dan travel. Awalnya fokus hanya pada Modern Life Advices. Sampai satu hari mereka membuat produk bertema erotik. Dari lilin “Smell like Vagina” sampai dengan vibrator cantik dengan harga fantastik. Dia jugalah yang merekomendasikan orang untuk membeli dildo bergetar berlapis emas seharga $15.000 USD dari Lelo.
Dildo, Sebagai Kebanggaan
Zaman boleh berubah, tapi satu hal tetap sama: manusia selalu mencari cara untuk menikmati tubuh dan seksualitasnya. Di era modern, dildo bukan lagi sekadar alat eksplorasi tapi juga pernyataan gaya hidup, bahkan simbol kebanggaan.
Datang dari desainer perhiasan asal Australia, Colin Burn, yang menciptakan vibrator mewah bernama Pearl Royale. Dengan harga mencapai $1,8 juta dolar Australia (sekitar Rp19 miliar), vibrator ini dirancang dari platinum, dihiasi 2.000 berlian, safir biru kerajaan, dan berlian pink langka. Bentuknya mirip tongkat kerajaan, berat, berkilau, dan diaktifkan dengan kunci platinum. Burn menyebut karyanya ini sebagai alat untuk menghadirkan “orgasme seharga satu juta dolar.”
Tapi di balik kemewahannya, pesan yang dibawa Pearl Royale cukup dalam, “Orang rela mengeluarkan jutaan dolar untuk pengalaman punya Maserati atau jam mewah. Jadi, kenapa kenikmatan seksual nggak bisa diberi nilai yang sama?” Ungkap Burn.
Kesimpulan
Dari batu kuno hingga silikon mewah bertabur permata, perjalanan dildo membuktikan bahwa eksplorasi kenikmatan adalah bagian dari sejarah manusia. Kini, dildo bukan sekadar alat, tapi simbol kebebasan dan ekspresi diri. Apa pun bentuknya, yang terpenting tetap sama: aman, nyaman, dan bikin kamu bangga merayakan tubuhmu.