Squirting : Semburan murni - banyak yang terobsesi

Squirting sering dianggap puncak kenikmatan perempuan. Tapi benarkah sama dengan ejakulasi? Apa kata sains, dan kenapa orang begitu terobsesi?
Squirting : Semburan murni - banyak yang terobsesi

Misteri Squirting

Mendengar kata squirting, pasti banyak orang akan menyimak. Di dunia maya kata ini ini sudah lama jadi topik “panas”. Banyak yang menganggapnya sebagai bukti klimaks paling “spektakuler” dari perempuan, sementara yang lain menilai itu hanya mitos atau bahkan sekadar trik visual di film porno kebanyakan.
Namun, dengan banyaknya kebingungan informasi yang beredar, malah menimbulkan banyak pertanyaan.
Bisakah semua perempuan Squirting? Apakah squirting adalah puncaknya puncak kenikmatan? Bagaimana bisa squirting? Samakah dengan urin?
Begitu banyak pertanyaan, tidak banyak informasi jelas yang di dapatkan.



​​Sejarah Singkat Squirting dalam Medis dan Budaya

Sebenarnya keluarnya cairan dari tubuh perempuan saat orgasme bukanlah hal baru. Catatan medis pertama tentang “ejakulasi perempuan” muncul pada abad ke-17, ketika dokter Italia Regnier de Graaf (1672) mendeskripsikan kelenjar di sekitar uretra perempuan yang ia bandingkan dengan “prostat pada laki-laki”. Ia menduga kelenjar ini mengeluarkan cairan saat gairah seksual meningkat.

Di abad ke-20, diskusi dan penelitian makin berkembang. Beverly Whipple (peneliti yang juga mempopulerkan istilah G-spot di tahun 1980-an) meneliti ejakulasi perempuan dan menyebut cairan berasal dari kelenjar Skene.

Sejak itu, istilah female ejaculation dan squirting mulai masuk literatur sains — meskipun masih sering diperdebatkan, sampai sekarang.

Ejakulasi Perempuan vs Squirting vs urin:  Beda tapi….

Salah satu kebingungan dan kesalahpahaman terbesar adalah menganggap ejakulasi perempuan dan squirting itu sama. Nyatanya, mereka punya sumber dan komposisi yang berbeda, meski dalam banyak kejadian, cairan yang keluar bisa merupakan campuran dari urin juga.

Hasil dari penelitian International Journal of Urology menyebutkan bahwa ejakulasi perempuan cenderung kental, putih keputihan, mirip air mani dan mengandung prostate-specific antigen dan fructose. Cairan ini berasal dari kelenjar skene yang berada di sekitar urethra.
Sementara itu squirting cendurung encer, transparant, agak bening. Penelitian menyatakan bahwa sebagian besar komposisinya adalah urine yang tersimpan dalam kandung kemih saat gairah tinggi. Dengan kata lain, saat kita birahi, tangki kandung kemih akan mengisi lebih cepat, walaupun sebelumnya sudah buang air kecil.

Uniknya, ada eksperimen yang menggunakan pewarna biru disuntikkan ke kandung kemih peserta, dan ketika mereka “squirt,” cairan yang keluar juga berwarna biru — bukti bahwa sebagian besar squirt berasal dari kandung kemih.
Namun, ini tidak selalu murni urin.

Apakah semua perempuan bisa nyembur?

Sekitar 10–54 % perempuan melaporkan pernah mengalami keluarnya cairan saat rangsangan seksual—baik secara reguler atau sekali-kali. Namun, tidak semua perempuan memiliki kondisi ini, dan tidak semua orgasme “harus” disertai cairan.
Bahkan, squrting bisa terjadi sebelum, saat atau setelah orgasme.
Salahkan Pornografi yang sering membesar-besarkan ekspektasi. Adegan-adegan “air mancur” yang dramatis membuat banyak orang terobsesi. Banyak laki-laki yang merasa bahwa squrting ini adalah ukuran kesuksesan dalam performa. Sementara untuk perempuan merasa bahwa meraih squirting adalah klimaks yang sempurna dan bukti sah kalau orgasme bisa tercapai secara maksimal.

Squrting bukan target prestasi

Kurangnya pendidikan seksual membuat squirting begitu digandrungi sebagai target prestasi.

Di Indonesia, pendidikan seksual masih sangat terbatas. Banyak pasangan yang belum tahu anatomi diri sendiri, belum berani bertanya atau menjelajah bersama pasangan. Maka, fenomena seperti squirting sering lebih jadi fantasi daripada pengalaman sadar yang bisa dipelajari.
Realitasnya, reaksi badan perempuan sangat bervariasi—dan tidak ada satu pun fenomena seksual (termasuk squirting) yang harus jadi standar kenikmatan mutlak.

 

Bagikan:

Baca yang lain

Cara Memperkenalkan Menu Tambahan Kepada Pasangan

Penting untuk kita mengubah perspektif bahwa kepemilikan sex toys merupakan suatu hal negatif. Kita harus memantapkan pikiran bahwa, mainan seks sama hal-nya seperti mainan lain pada umumnya.

Master Asmara

“Saya Kira Vagina Saya Hancur, Ternyata Saya Hidup dengan Vaginismus”

Vaginismus adalah kondisi medis ketika otot vagina menegang secara tidak sadar saat penetrasi, menimbulkan rasa sakit bahkan ketidakmampuan berhubungan seksual. Meski sering dianggap tabu, vaginismus bisa diatasi dengan terapi fisik, psikologis, hingga penggunaan alat bantu. Artikel ini membahas pengalaman nyata, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.

Anya