Berbicara tentang organ seks perempuan, pasti yang disebut hanya vagina. Klitoris, nyaris tak terdengar dan diabaikan. Begitu lama adanya tidak dibicarakan, klitoris bagai bahasan yang nyaris terlupakan. Sampai dengan akhir abad ke-20, buku teks kedokteran hanya menggambarkan klitoris sebagai tonjolan kecil di luar tubuh. Sebagian besar peta anatomi bahkan menghilangkan struktur internalnya. Hal ini bukan karena sains tidak bisa menemukannya, tapi karena fokus riset medis saat itu lebih tertuju pada fungsi reproduksi bukan kenikmatan seksual perempuan.

Pada tahun 1990an, dunia medis digegerkan oleh penjabaran dari urolog perempuan pertama di Australia yang mengubah pemahaman selama ini tentang klitoris. 

Siapa Helen O’Connell?

Pada tahun 1998, dr Helen O’Connell mempublikasikan penelitiannya tentangl anatomi klitoris secara detail. Menggunakan teknologi MRI dan diseksi, ia mengungkap bahwa klitoris jauh lebih besar dari yang selama ini digambarkan, memiliki jaringan erektil yang menjalar ke dalam tubuh, bukan hanya “titik kecil” di luar. “Seperti iceberg”. Katanya.

Sebelum temuannya ini, dunia medis hanya berfokus pada organ reproduksi saja seperti rahim atau vagina, sementara klitoris? Nyaris tak tersentuh riset.
O’Connell mengubah itu semua. 

Baca juga: Penetrasi Bukanlah Kunci dari Orgasme Perempuan 

Fakta Ilmiah Tentang Klitoris

  1. Klitoris Bukan Hanya Titik Kecil di Luar

Dalam penelitiannya, O’Connell menemukan bahwa klitoris memiliki panjang total sekitar 9–12 cm jika dihitung seluruh struktur internalnya. Jadi, yang terlihat di luar hanyalah puncaknya saja.

  1. Pusat Saraf yang Sensitif Banget

Menurut data terbaru yang dipaparkan oleh Sexual Medicine Society of North America, terungkap bahwa klitoris mempunyai 10.280 serabut saraf, lebih banyak dari ujung penis. Itulah mengapa stimulasi di area ini begitu powerful untuk perempuan. 

  1. Kenikmatan Sebagai Fungsi Utamanya

Berbeda dari organ reproduksi lainnya, klitoris tidak punya fungsi  apapun selain murni untuk kenikmatan. 

Penemuan yang mengubah dunia

O’Connell sering bilang, kebanyakan dalam tindakan operasi, laki-laki lebih mendapatkan perhatian besar dan diperlakukan dengan hati-hati dan teliti. Sementara perlakuan pada anatomi perempuan tidaklah sama.
Akibatnya, banyak perempuan yang mengalami penurunan sensasi dan kesulitan orgasme.
Peta klitoris yang ia buat bukan cuma tentang kenikmatan, tapi juga soal hak kesehatan yang setara.

Hasil dari riset yang ditemukannya juga mematahkan anggapan bahwa orgasme perempuan harus dicapai lewat penetrasi saja. Faktanya, sebagian besar perempuan membutuhkan stimulasi klitoris, baik langsung atau lewat kombinasi dengan penetrasi, untuk mencapai orgasme.

Melalui pengetahuan ini, edukasi seksual terkemas lengkap, pun perempuan punya pemahaman lebih dalam tentang tubuhnya sendiri.
Temuan ini mendorong perubahan di buku teks anatomi, pendidikan kedokteran, hingga desain mainan seks untuk stimulasi klitoris. Penelitian yang dilakukannya menjadi landasan penting bagi edukasi seks modern, terutama yang berfokus pada pleasure equality. 

Baca juga: Seks Nggak Harus Penetrasi: Selami Beragam Bentuk Intimasi 

Berkat Helen O’Connell, klitoris tak lagi jadi misteri yang diabaikan. Penemuannya bukan hanya mengubah dunia medis, tapi juga memberi ruang bagi perempuan untuk mengklaim kenikmatan mereka. 

dr. Yogi Prasetia – Dari HIV hingga Queer Care
PROLOVEFILE

ICEL

dr. Yogi Prasetia – Dari HIV hingga Queer Care